LAPORAN PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI MENJADI AIR PROSES
LAPORAN
PENGOLAHAN LIMBAH
INDUSTRI
MENJADI AIR PROSES
Oleh
: Bayu April Setiawan
SMK
PUTRA INDONESIA MALANG
PROGAM
KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI
BAB
I
LATAR
BELAKANG
Indonesia merupakan negara agraris dan beriklim tropis. Kehidupan
sebagian besar
masyarakatnya ditopang oleh hasil-hasil pertanian dan
pembangunan disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku
menjadi bahan jadi.Oleh karena itu banyak sekali industri yang menghasilkan
limbah dan limbah itu sangat mencemari lingkungan apabila tidak di olah.Maka
dari itu inilah kita bahas pengolahan limbah cair industri menjadi air proses.
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1
Limbah cair
Limbah adalah buangan
yang tidak bernilai ekonomis. Berdasarkan nilai ekonominya limbah dibedakan
menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki
nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah yang melalui
suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Limbah non ekonomis
adalah suatu limbah yang telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak
akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah sistem
pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
Limbah cair adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum lainnya dan mengandung bahan
atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup. Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair
yang spesifik, yang berbeda dengan jenis industri lainnya, walaupun mungkin
suatu jenis industri mempunyai beberapa parameter pencemar yang sama dengan
industri lainnya. Perbedaan karakteristik limbah cair industri akan menyebabkan
proses pengolahan limbah cair industri tersebut berbeda antara satu industri
dengan industri lainnya. Limbah cair industri harus diolah sedemikian rupa
sehingga tidak akan mencemari air setempat dimana limbah cair tersebut akan
dibuang. Pemilihan suatu proses pengolahan limbah cair industri tergantung
dari:
·
Karakteristik limbah cair industri yang
bersangkutan. Dalam hal ini penting dipertimbangkan bentuk dari zat
pencemar, misalnya materi tersuspensi, koloid atau terlarut, kemampuan polutan
tersebut untuk dapat terurai secara biologis (biodegradability); dan
toksiksitas senyawa organik dan inorganik.
·
Kualitas efluen yang diinginkan. Perlu
dipertimbangkan pula kemungkinan dilakukannya batasan di masa yang akan datang,
seperti misalnya batasan toksisitas kehidupan perairan bioassay efluen.
·
Biaya dan ketersediaan lahan yang tersedia. Satu
atau lebih kombinasi pengolahan dapat menghasilkan efluen yang diinginkan. Akan
tetapi hanya satu dari alternatif tersebut yang paling efektif biayanya.
Ada tiga
jenis sifat dalam karakteristik limbah yaitu :
1. Sifat Fisik
Sifat fisik limbah cair meliputi temperatur, bau, warna, kekeruhan dan jumlah padatan terlarut.
Sifat fisik limbah cair meliputi temperatur, bau, warna, kekeruhan dan jumlah padatan terlarut.
a. Temperatur
Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah. Skala temperatur yang biasa digunakan adalah Skala Fahrenheit (oF) dan Skala Celcius (oC).
Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah. Skala temperatur yang biasa digunakan adalah Skala Fahrenheit (oF) dan Skala Celcius (oC).
Temperatur
yang dikeluarkan suatu limbah cair harus temperature alami. Temperatur
merupakan yang penting dalam pengoperasian unit pengolahan limbah karena
berpengaruh terhadap aktivitas kimiawi dan biologi. Limbah yang mempunyai
temperatur panas akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu dan pengentalan
cairan berkurang serta mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi juga akan
lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
b. Bau
Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti Sulfida dan Amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak. misalnya : bau seperti telur busuk menunjukkan adanya Hidrogen Sulfida yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat organik dalam kondisi Anaerobik. Bau yang tidak enak dapat disebabkan adanya campuran dari Nitrogen, Sulfur dan Fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Adanya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah, sehingga dengan adanya bau ini akan lebih mudah untuk menghindarkan tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh limbah dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau dikarenakan lebih sulit diketahui.
Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti Sulfida dan Amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak. misalnya : bau seperti telur busuk menunjukkan adanya Hidrogen Sulfida yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat organik dalam kondisi Anaerobik. Bau yang tidak enak dapat disebabkan adanya campuran dari Nitrogen, Sulfur dan Fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Adanya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah, sehingga dengan adanya bau ini akan lebih mudah untuk menghindarkan tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh limbah dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau dikarenakan lebih sulit diketahui.
c. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi, mangan, humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Selain itu warna juga dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Meskipun tidak menimbulkan sifat racun, warna air limbah menjadikan pemandangan lebih jelek.
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi, mangan, humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Selain itu warna juga dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Meskipun tidak menimbulkan sifat racun, warna air limbah menjadikan pemandangan lebih jelek.
d. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah, sehingga dapat dilihat dengan mata secara langsung. Adanya kekeruhan membuat hilang nilai estetika.
Kekeruhan air disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah, sehingga dapat dilihat dengan mata secara langsung. Adanya kekeruhan membuat hilang nilai estetika.
e. Padatan
Zat padat dalam limbah dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis atau sifat inorganis tergantung dari mana sumber limbah. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Ada juga padatan yang mengendap dikarenakan diameter lebih besar sehingga dalam keadaan tenang, padatan tersebut mengendap sendiri. Pengukuran konsentrasi mokroorganisme dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi organik sebagai padatan tersuspensi yang menguap
( Volatile Suspensi Solid ) pada temperatur tertentu.
Zat padat dalam limbah dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis atau sifat inorganis tergantung dari mana sumber limbah. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Ada juga padatan yang mengendap dikarenakan diameter lebih besar sehingga dalam keadaan tenang, padatan tersebut mengendap sendiri. Pengukuran konsentrasi mokroorganisme dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi organik sebagai padatan tersuspensi yang menguap
( Volatile Suspensi Solid ) pada temperatur tertentu.
2. Sifat kimia
Karakter kimia air limbah meliputi :
Karakter kimia air limbah meliputi :
a. Biochemical Oksigen Demand (BOD) adalah
jumlah oksigen terlarut yang dibutuhlan oleh organisme hidup untuk memecah atau
mengoksidasi bahan-bahan buangan didalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang
ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, berarti kandungan
polutannya organiknya tinggi.
b. Chemical Oksigen Demand (COD ) adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang
terdapat dalam air, secara kimia.
c. Senyawa Organik dan Anorganik
Senyawa organik terdiri dari karbon dengan unsur O, N, P, S, H. Sedangkan senyawa anoranik terdiri atas unsur lain yang bukan tersusun dari karbon organik. Unsur-unsur yang terdapat dalam jumlah banyak akan bersifat toksik dan menghalangi proses-proses biologis.
Senyawa organik terdiri dari karbon dengan unsur O, N, P, S, H. Sedangkan senyawa anoranik terdiri atas unsur lain yang bukan tersusun dari karbon organik. Unsur-unsur yang terdapat dalam jumlah banyak akan bersifat toksik dan menghalangi proses-proses biologis.
d. Keasaman Air (pH)
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Limbah cair yang mempunyai pH tinggi atau rendah dapat mempengaruhi organisme dalam air. Air yang mempunyai pH rendah (pH<7) membuat air menjadi korosif terhadap bahan konstruksi besi yang kontak dengan air. Limbah cair dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik kawat atau seng.
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Limbah cair yang mempunyai pH tinggi atau rendah dapat mempengaruhi organisme dalam air. Air yang mempunyai pH rendah (pH<7) membuat air menjadi korosif terhadap bahan konstruksi besi yang kontak dengan air. Limbah cair dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik kawat atau seng.
e. Alkalinitas (basa) nilai pH tinggi,
ph>7
Tinggi rendahnya alkalinitas ditentukan senyawa karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, natrium dalam air. Kesadahan dalam air disebabkan oleh tingginya kandungan zat-zat tersebut. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.
Tinggi rendahnya alkalinitas ditentukan senyawa karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, natrium dalam air. Kesadahan dalam air disebabkan oleh tingginya kandungan zat-zat tersebut. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.
f. Oksigen Terlarut
Oksigen telarut berlawanan dengan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami benyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut.
Oksigen telarut berlawanan dengan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami benyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut.
3. Sifat Bioligis
Sifat biologis meliputi mikroorganisme yang ada dalam limbah cair. Mikroorganisme ini memiliki jenis yang bervariasi, hampir dalam semua bentuk air limbah dengan konsentrasi 105 - 108 organisme/ml. Mikroorganisme yang ditemukan banyak dalam bentuk sel tunggal yang bebas atau berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam air akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sederhana, sehingga dekomposisi zat-zat tersebut dalam jumlah besar akan menimbulkan bau busuk. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis dan penting untuk mengevaluasi kualitas air.
Sifat biologis meliputi mikroorganisme yang ada dalam limbah cair. Mikroorganisme ini memiliki jenis yang bervariasi, hampir dalam semua bentuk air limbah dengan konsentrasi 105 - 108 organisme/ml. Mikroorganisme yang ditemukan banyak dalam bentuk sel tunggal yang bebas atau berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam air akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sederhana, sehingga dekomposisi zat-zat tersebut dalam jumlah besar akan menimbulkan bau busuk. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis dan penting untuk mengevaluasi kualitas air.
Pengolahan air
limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan
secara fisika,
kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak selalu berjalan sendiri-sendiri
tetapi kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinasi antara satu dengan yang
lainnya.
Ketiga proses tersebut yaitu ( Daryanto, 1995 ) ;
Pengolahan Secara Fisika
Pengolahan ini ditujukan untuk air limbah yang tidak
larut (bersifat tersuspensi), atau buangan cair yang mengandung padatan,
sehingga menggunakan metode ini untuk pemisahan. Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan air buangan diinginkan
agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau
bahan-bahan yang mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi
banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak
dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya (Tjokrokusumo, 1995).
Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan secara kimia adalah proses
pengolahan yang menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat
pencemar dalam air limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah
air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam
pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi
dan flokulasi. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik beracun, dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan secara kimia dapat memperoleh
efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena memerlukan bahan
kimia (Tjokrokusumo, 1995).
Pengolahan Secara Biologis
Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai
metoda pengolahan biologis dengan segala modifikasinya (Tjokrokusumo, 1995). Pengolahan
secara biologi adalah pengolahan air limbah dengan menggunakan mikroorganisme
seperti ganggang, bakteri, protozoa, untuk menguraikan senyawa organik dalam
air limbah menjadi senyawa yang sederhana. Pengolahan tersebut mempunyai
tahapan seperti pengolahan secara aerob, anaerob dan fakultatif. Terdapat tiga
metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan
dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan
metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons)
BAB
III
BAB IV
PROSES
PROSES PENGOLAHAN
Tahapan proses pengolahan terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Penyaringan kasar
2. Koagulasi dengan
menambahkan tawas
3. Sedimentasi
4. Netralisasi
5. Aerasi
6. Penyaringan akhir
1. Penyaringan Kasar
Tahap ini bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel limbah yang
berukuran besar, sehingga tidak mengganggu dalam proses pengolahan selanjutnya.
2. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar
kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik,
lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara
yang paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus
kimianya Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa
kristal berwarna putih).
Reaksi koagulasi dengan Taw as secara sederhana dapat ditulis
sebagai berikut :
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==>
2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O
alkalinity
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
alkalinity
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium hidroksida,
Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel –
partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan
segera dapat mengendap.
3. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran
yang terjadi mengendap semua (+ 45 – 60 menit). Setelah kotoran
mengendap air akan tampak lebih jernih. Endap an yang terkumpul
didasar tangki dapat dibersihkan dengan menggunakan penggaruk, yakni penggaruk
akan bergerak dan menempatkan endapan pada posisi yang akan dengan mudah
disedot oleh pompa.
4. Netralisasi
Setelah semua endapan tersedot maka dilakukan netralisasi untuk membantu
proses aerasi. Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar
menjadi netral (p H 7 – 8). Untuk air yang bersifat asam yang
paling murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping.
5. Aerasi-filtrasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar
kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen
yang ada dalam udara membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat
diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan
gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida
dan gas-gas racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat
ditulis sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4
Fe(OH)3+ 8 H+
tak larut
tak larut
Mn2+ + O2 + H2O ====> MnO2 +
2 H+
tak larut
tak larut
Faktor lain yang sangat mempengaruhi reaksi oksidasi besi dengan oksigen
dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi ini sangat efektif pada pH air lebih
besar 7(tujuh). Oleh karena itu se belum aerasi dilakukan, maka pH
air baku harus dinaikkan sampai mencapai pH 8.
Untuk aerasi yang digunakan adalah aerasi sembur (spray aerator)
dengan sedikit perubahan. Dimana lubang untuk menyembur air keluar
diganti dengan sebuah alat seperti penyiram kebun.
Berikut mengenai keterangan gambarnya:
6. Penyaringan
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih,
penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air dari aerator ke bak penyaring yang
terdiri dari batuan kecil dan karbon aktif.
7. Bak penampung Lumpur
Bak penampung lumpur ini bertujuan untuk menampung endapan dari proses
koagulasi dan sedimentasi. Endapan yang dihasilkan dari proses sedimentasi akan
ditampung dan di keringkan dengan bantuan sinar matahari adapun jika kadar air
terlalu banyak akan dialirkan lagi ke bak penampungan awal.
BAB V
KESIMPULAN
Proses pengolahan limbah industri menjadi air proses ada
3 cara yaitu proses fisika,proses kimia dan biologi dari ke tiga proses
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.dan ketiganya biasanya
digunakan saling beriringan atau dalam satu proses pengolahan limbah menggunakan
3 proses itu sekaligus.
DAFTAR PUSTAKA
pengolahan
air/Pengolahan Limbah Industri Tekstil _ dwioktavia.htm
pengolahan air/KUMPULAN
MAKALAH PENANGANAN LIMBAH CAIR.htm


Komentar
Posting Komentar